Kamis, 20 Februari 2014

PELATIH KARATE DAN MANAJEMEN PERLUKAH ?

Melatih adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam usahanya mencapai tujuan tertentu (prestasi).


Melatih adalah ialah aktifitas pelatih menyiapkan dan menciptakan situasi lingkungan latihan sebaik mungkin dan mengembangkan nya dengan anak latih, sehingga terjadi proses berlatih melatih secara efektif dan efesien untuk mencapai sasaran latihan pada saat itu (Suharno hp, 1993 : 3).
Sebagai pelatih, harus bisa menjadi seorang MANAJER, GURU, TEMAN, danORANG TUA  bagi para anak asuhnya  prinsip itulah yang harus diterapkan oleh para pelatih yang ideal bagi kemajuan serta perkembangan anak asuh ( kohay ) baik dari segi mental, fisik, dan prestasi.
latihan yang terus menerus mengejar tehnik dalam gerakan karate akan kurang efektif bila tidak dibarengi dengan motivasi dan apa yang mendasari motivasi tersebut. perlu di ketahui oleh seorang pelatih setiap anak didik mempunyai karakter yang berbeda-beda. dengan demikian seorang pelatih yang baik seharusnya memahami sedikit tentang psikologis dan karakter anak didiknya.

1. pelatih sebagai seorang manajer.

peran sebagai seorang pelatih harus dibarengi dengan peran seorang manajer, seorang pelatih bukan hanya bisa melatih terus menerus tanpa ada tujuan dan sasaran dari apa yang dia latih, sebagai seorang manajer setidaknya mengetahui apa itu POAC ( Planing, Organising, Actuating, dan Controling) dalam hal ini POAC di hubungkan dengan tujuan dari melatih karate/beladiri lainnya.
dalam hal Planing seorang pelatih yang baik haruslah dapat merencanakan standar latihan dan target apa yang akan di capai. ini bisa dilakukan dengan membuat jadwal latihan serta gerakan gerakan yang disesuaikan dengan tingkat sabuk anak didik, kemudian menentukan jadwal latihan yang benar" terencana dalam hal ini harus ditetapkan waktu tempat dan siapa yang melatih untuk materi yang akan di sajikan terhadap anak didik ( kohay ). aksi nyata dari fungsi manajemen planing ( perencanaan ) adalah dengan membuat time scheduling yang baku. apakah cukup dengan hanya rencana saja ? tentu tidak untuk apa rencana tersebut disusun, tentunya dalan hal ini rencana tersebut harus dapat mencapai target atau sasaran yang diinginkan oleh seorang pelatih atau prestasi apa yang hendak di capai dari rencana tersebut.
setelah fungsi manajemen perencanaan, selanjutnya harus dibarengi dengan fungsi manajemen yang kedua yaitu Organising ( pengorganisasian ) organising bisa diartikan adalah pengelolaan dari sebuah rencana. time schedule sudah ada sasaran juga sudah jelas,selanjutnya ?,, rencana tanpa pengaturan adalah hal yang sia-sia saja. karena hasilnya akan acak-acakan dan tidak sesuai dengan sasaran yang di ingikan , perencanaan yang sudah baik harus di ikuti oleh kemampuan mengorganisasi semua sumber daya yang ada misalnya memanfaatkan pelatih yang ada secara efektif, memperdayakan sumber daya pendukung baik struktur maupun infrastruktur,  misalnya saja pengelolaan keuangan, menyusun pengurus dan pelaksana harian dll.
kita sudah mempunyai rencana yang baik dan diorganisasi dengan rapih, apakah kedua hal tersebut akan berjalan ? bisa saja berjalan tetapi akan berupa hayalan saja tanpa di tunjang dengan fungsi manajemen selanjutnya yaitu action ( aksi ) aksi adalah salah satu konsekuensi yang sangat logis yang harus dilakukan dari sebuah perencanaan dan pengoganisasian. aksi ini bagi seorang pelatih erat hubungannya dengan sikap konsekuen. apa yang di omongkan harus sesuai dengan kenyataan, seorang pelatih haruslah konsekuen terhadap apa yg dia sarankan atau diomongkan dengan kenyataan dan aksi nyata.

2.Pelatih sebagai Guru

Menjadi seorang guru dibutuhkan syarat-syarat khusus. Apa lagi jika menjadi seorang guru yang profesional maka harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang harus dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. pelatih sebagai guru dalam pengertian sempit adalah bisa menularkan ilmu yang dia miliki baik secara teori maupun praktek. menularkan ilmu teori dan praktek haruslah berimbang dan bijaksana dalam penerapannya.

3.Pelatih sebagai teman

pelatih sebagai teman adalah yang yg patut dilakukan karena setiap orang mempunyai masalah tersendiri, dan masalah itu biasanya hanya bisa di sampikan jika pelatih juga bisa berperan sebagai teman, dimana teman itu adalah tempat curhatnya keluh kesah. dengan demikian hubungan pelatih dan anak asuh tidak begitu kaku dan berjalan dengan alami dan penuh persahabtan yang akan mempererat hubungan secara emosional, sosial dan hubungan moral.

4. Pelatih sebagai sebagai orang tua

orang tua hendaklah menyayangi anak-anaknya, pelatih harus berperan sebagai orang tua yang dapat mengasuh serta membina anak-anaknya, melindungi dari bahaya. memberikan solusi dari masalah anaknya. contoh sederhana adalah setiap orang tua pasti mngetahui nama anak-anaknya,dan karakter masing-masing, begitupun bagi seorang pelatih harus mengetahui nama dan karakter masing-masing anak didiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar