Rabu, 13 Desember 2017

Bandung karate club bukukan rekor MURI




Bandung (ANTARA News) - Perguruan Bandung Karate Club (BKC) mencatatkan rekor di Museum Rekor Indonesia (MURI) yakni melakukan gerakan kata massal secara serentak diikuti ribuan anggotanya di seluruh Indonesia, Minggu.

Pemecahan rekor gerakan kata satu secara serentak itu dipimpin langsung oleh Ketua Dewan Guru BKC Iwa Rahadian Arsanata yang dilakukan di Halaman Gedung Sate Kota Bandung.

Hadir pada kesempatan itu Gubernur Jawa Barat H Ahmad Heryawan yang juga Dewan Kehormatan BKC, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, tokoh perempuan Jabar H yang juga anggota DPR Popon Otje Djundjunan serta Anggota Majelis Sabuk Hitam serta anggota BKC dari seluruh Jawa Barat.

Selain itu hadir pula perwakilan dari Kedutaan Besar Jepang yang turut menyaksikan kegiatan perguruan karate itu.



Pemecahan rekor yang digelar dalam rangka Syukuran Ulang Tahun ke-50 atau Ulang Tahun Emas BKC tersebut berlangsung pukul 10.00 WIB secara serentak di depan gedung yang menjadi ikon di Jawa Barat itu.

"Pemecahan rekor berlangsung lancar pukul 10.00 WIB secara serentak diikuti oleh seluruh anggota BKC dari seluruh Indonesia, di Bandung sendiri diikuti oleh 3.000 peserta," kata Majelis Sabuk Hitam BKC Toto Herwanto.

Kemudian kegiatan pemecahan rekor itu ditayangkan langsung menggunakan jejaring dan media sosial dari sejumlah daerah di Indonesia.

Selain itu, kegiatan syukuran Ulang Tahun Emas BKC itu diwarnai dengan aksi demonstrasi para atlet BKC mulai dari gerakan, pemecahan hingga beberapa gerakan olah pernapasan.

Puncaknya, Ketua Dewan Guru BKC Iwa Rahadian melakukan demonstrasi dihadapan pada anak didiknya yakni olah pernapasan. Guru utama BKC itu didorong oleh sejumlah muridnya, namun dengan olah pernapasan perguruan itu para penyerangnya terjungkal.

"Beliau memberikan spirit bagi para muridnya untuk terus berlatih, salah satunya ia memperlihatkan olah napas yang dikembangkan perguruan," kata Bidang Pertandingan BKC Komarudin.

Sementara itu, puncak peringatan Ulang Tahun Emas BKC akan digelar di GOR Padjadjaran Kota Bandung pada 22 Juni 2016 mendatang yang diikuti oleh perwakilan anggota perguruan itu dari seluruh Indonesia.

Sebelumnya pada sejak 19 Juni, akan digelar Gashuku di padepokan utama perguruan BKC di Ciparay Kabupaten Bandung. Perguruan itu didirikan oleh Iwa Rahadian Arsanata pada tahun 16 Juni 1966.
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2016

Selasa, 19 September 2017

Antara Latihan dan Realita











Apapun disiplin ilmunya, saya berpandangan bahwa tidak ada satupun disiplin ilmu beladiri yang dapat langsung menciptakan praktisi yang mampu terjun ke dalam realitas pertarungan, karena bagaimanapun, konsep dari latihan ilmu beladiri adalah simulasi atau meneliti prinsip, jadi, kita tidak mungkin menciptakan seorang petarung yang “battle ready” dengan disiplin ilmu beladiri apapun, terkecuali jika seorang praktisi setiap harinya mendapatkan kesempatan untuk terjun dalam tawuran massal yang tidak direncanakan, atau jika ia terjun langsung dalam suatu peperangan.
Dua perbedaan ini, antara simulasi dan kenyataan perang, yang kemudian menjadi jurang antara praktisi disiplin ilmu beladiri kuno dan modern. Dalam pelatihan ilmu beladiri kuno, simulasi tetap mempertimbangkan poin-poin yang didasari oleh pengalaman di lapangan. Ada beberapa metode latihan yang secara signifikan membedakan keduanya. Ilmu beladiri kuno mempertimbangkan pemakaian senjata, dinamika situasi dan kondisi pertarungan, serta adaptabilitas praktisinya, walaupun tetap dilatih dalam bentuk simulasi.
Sebagai contoh untuk membedakan antara latihan ilmu beladiri kuno dan modern adalah pemakaian istilah tolok ukur efektivitas teknik. Dalam ilmu beladiri sport kompetisi kita mengenal istilah-istilah seperti “masuk” dan “poin” ketika serangan yang kita lakukan berhasil mengenai target dan berjalan seperti seharusnya, namun dalam ilmu beladiri kuno satu istilah yang sangat sering didengar adalah “mati”. Ilmu beladiri kuno selalu melatih para praktisinya dengan menempatkan mereka dalam situasi yang lemah, hal ini yang kemudian melatih mental serta kemampuan berpikir dalam situasi terdesak. Ilmu beladiri kuno mengedepankan “survival”, sedangkan ilmu beladiri sport kompetisi mengedepankan “kemenangan”. Konsep non-kompetisi menjauhkan Aikido dari konsep “menang-kalah”, namun dengan tidak adanya kompetisi menjatuhkan sebagian praktisi ke dalam jurang yang berbeda, dimana teknik tidak lagi mempertimbangkan realita perkelahian, pertarungan dan peperangan.
Pola latihan yang monoton di dojo menyebabkan praktisi mengira bahwa tidak ada perbedaan antara latihan di dojo dan kenyataan di lapangan, maka ketika seorang Aikido-ka menjajal kemampuannya menghadapi seorang Karate-ka misalnya, ia pun akan berusaha keras mengaplikasikan tsuki kote-gaeshi, dan, nol besar. Perlu diingat adanya perbedaan antara realitas dan latihan, apa yang biasa kita lakukan di dojo tidak akan pernah terjadi di lapangan, ini mengingatkan saya dengan ucapan seorang shihan dalam satu sesi seminar:
“Anda tidak mungkin bisa mempraktekkan tsuki kote-gaeshi dalam pertarungan yang sesungguhnya, kalaupun bisa, itu berarti anda sedang beruntung atau lawan anda lamban. Namun bukan berarti teknik ini percuma dilatih, satu poin yang bisa anda dapat dari latihan teknik adalah anda terbiasa untuk masuk (irimi) kedalam titik buta (shikaku) lawan tanpa terkena serangannya”
Saya sempat menekuni Taekwon-do selama dua tahun selama masa remaja, dan mulai menekuni Aikido ketika mulai kuliah, saat ini saya tengah meneliti Karate tradisional dibantu oleh salah satu junior, serta sempat berdiskusi dengan beberapa praktisi Taichi. Saya mendapati bahwa masing-masing disiplin ilmu memiliki metodenya masing-masing dalam melatih praktisinya menghadapi realita, sesuatu yang agak sulit didapat dalam latihan Aikido
Sekali lagi saya ingatkan bahwa ada banyak praktisi yang menganggap teknik mereka dapat diaplikasikan secara mentah-mentah dalam realita pertarungan, sehingga ini menyebabkan latihan menjadi ajang memanjakan diri dengan teknik-teknik indah yang lembut, atau angan-angan bahwa seorang penodong di sebuah gang sempit akan menyerang anda dengan tsuki yang melaju secara linear, dan mereka selalu bekerja sendirian.
Dalam perkembangannya O-sensei memang mengembangkan Aikido dengan konsep yang jauh berbeda dengan Daito-ryu Aiki-jujutsu, namun ini bukan berarti kita harus memangkas habis semua aspek realita peperangan dalam latihan. Yang perlu selalu diingat adalah, latihan diatas matras adalah latihan prinsip, baik dari segi fisik maupun mental, sehingga dalam prakteknya, prinsip harus selalu diterjemahkan lagi kedalam bahasa yang berbeda, yaitu realita.
Realita
Dalam satu kesempatan, saya sempat menjadi asisten teknis wasit dalam turnamen nasional Taekwon-do, saya duduk disamping seorang praktisi Taekwon-do senior yang mengkritik bagaimana pelatih-pelatih Taekwon-do modern membiarkan para atlitnya berpaling dari lawan ketika ia berhasil mencetak poin untuk melakukan selebrasi.
“Mereka kemudian tidak terlatih untuk menghadapi realita di luar sana, kesiagaan mereka hilang ketika poin berhasil dicetak. Dalam kenyataannya, seorang penodong tidak semudah itu berhenti menyerang jika tendangan anda masuk, kebiasaan ini akan membuat anda melakukan “yeah” (berseru sambil mengepalkan tangan) ketika tendangan mengenai sasaran, lalu anda akan lengah untuk merayakan kesuksesan dan penyerang anda kemudian kembali merangsek maju untuk membunuh anda, mereka lupa, di luar sana tidak ada wasit”
Tidak hanya di Taekwon-do, ini hanya salah satu contoh, hal yang sama saya temukan diucapkan sendiri oleh seorang praktisi Silat, dan hampir di semua beladiri sport kompetisi “celebration syndrome” ini berkembang, tidak terkecuali di Aikido yang notabene adalah disiplin ilmu beladiri non-kompetisi, tapi memang tidak semua beladiri sport kompetisi menderita sindrom ini, kemampuan membedakan realita dan latihan hanya bisa ditanamkan dengan metode latihan yang tepat serta pola pikir yang benar.
Dalam Aikido, “celebration syndrome” terwujud dalam hilangnya “zanshin” atau “constant awareness and mindfullness” dalam latihan teknik, seorang nage akan dengan mudah meninggalkan uke-nya dan beranggapan pertarungan selesai ketika teknik juga selesai, kita berpaling dan sejenak lengah untuk merayakan suksesnya “waza”, sedangkan dalam realita, lawan akan bangkit kembali dan melempari anda batu dari belakang.
Latihan
Berlatih dengan tingkat realita tertentu di dojo bukan berarti kita harus berlatih dengan tingkat stres yang tinggi. Kenyataan dalam latihan dapat tetap ditanamkan dalam teknik dengan metode-metode tertentu, seperti membiasakan teknik dilakukan tanpa putus atau memulai teknik dalam keadaan 0-0.
Dalam Aikido, keadaan 0-0 ini mengedepankan kejujuran dalam berlatih, uke bertugas untuk menyerang sepenuh hati dan nage juga harus mengakui jika ada kekurangan atau kegagalan dalam teknik. Sering kali, uke menghambat teknik nage karena ia terlebih dahulu sudah mengetahui secara penuh teknik yang akan dilakukan, perlu diingat, bagi uke ini adalah latihan yang buruk dalam mempersiapkan anda menghadapi realita, dalam kenyataannya, anda tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh penyerang di luar sana, dan berapa orang yang akan menyerang anda, lebih buruk lagi ketika anda menerima teknik dengan sepenuhnya mengesampingkan efektivitas.
Sedangkan poin yang perlu diingat sebagai nage, adalah bahwa teknik yang anda lakukan diatas matras hanyalah prinsip dan tidak dapat dipraktekkan mentah-mentah ketika anda harus terjun dalam pertarungan sesungguhnya. Inilah yang membedakan pola latihan “meneliti” dan “menghafal”. Nage berkesempatan mengevaluasi efektivitas dan menerjemahkan prinsip ke dalam aplikasi dalam pola latihan “meneliti”, sedangkan “menghafal” lebih ditekankan untuk membiasakan badan bergerak dan untuk keperluan kurikulum.
Saya membiasakan murid-murid saya untuk “janjian” dengan rekan latihannya mengenai metode mana yang ingin mereka gunakan ketika berlatih, ketika mereka hendak meneliti teknik, maka resistensi uke dan adaptasi teknik nage akan lazim terjadi. Namun ketika latihan lebih ditujukan untuk mempersiapkan ujian misalnya, maka latihan akan dilakukan dengan lebih mengalir. Dalam kesempatan-kesempatan tertentu ada kalanya “meneliti” dapat dilakukan sembari “menghafal”, ini biasanya membutuhkan tingkat kepekaan yang tinggi dari kedua belah pihak, dan ketika mereka bisa masuk dalam situasi ini, maka studi untuk masuk ke dalam realita akan lebih mudah dilakukan
Dengan menulis artikel ini, saya berusaha untuk membuka mata praktisi untuk selalu mau terbuka akan hal-hal baru dan tidak terkungkung dalam pola pikir yang sempit berkisar seputar latihan dalam dojo saja. Seringkali saya mendapati kekecewaan praktisi dalam beladiri apapun, ketika mereka gagal menghubungkan antara realita dan latihan, hingga akhirnya mereka berhenti belajar, gagal memperoleh manfaat yang belum sempat mereka sentuh, serta lupa akan tujuan ilmu beladiri yang sesungguhnya, yaitu membentuk pribadi yang lebih baik serta jauh dari konflik dan egosentrisme.
  sumber :
https://straightsidecut.wordpress.com/philosophical/antara-latihan-dan-realita/

Kamis, 29 September 2016

Manfaat berlatih beladiri :

 

Sebagai sarana membeladiri

Tujuan utama membeladiri adalah selamat. Terkadang sebuah konflik atau kejahatan bisa dihindari ketika lawan atau pelaku kejahatan mengurungkan niat untuk berhadapan dengan kita karena emosi mereka menurun atau menjadi segan,  jika kita menghadapinya dengan tenang dan percaya diri. Namun jika konflik tidak bisa dihindari, setidaknya kita sudah siap untuk menghadapinya.

Lebih Sehat dan Bugar  

Seperti halnya manfaat olah raga yang lain. Berlatih beladiri secara teratur sama manfaatnya dengan berolahraga secara teratur, yaitu akan meningkatkan kebugaran, karena otot yang ada akan terlatih untuk bergerak dan membuat tubuh menjadi lebih sehat serta meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak mudah sakit. Gerakan-gerakan tertentu, terutama yang menggunakan unsur kecepatan, turut memacu fungsi jantung dan paru-paru. Sehingga peredaran darah dan nafas kita akan lebih lancar.

Membuat otot Lebih Kuat dan fleksibel

Gerakan memukul, menendang, merunduk, melompat dan lainnya seringkali diterapkan dalam seni bela diri. Gerakan lainnya seperti gerakan berlari, sit up, push up, berjalan juga jongkok semua itu bisa melatih otot kita  agar menjadi lebih kuat, cekatan, tangkas, cepat.

Meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian

Ketika kita merasa mempunyai kemampuan lebih maka akan bisa meningkatkan rasa percaya diri. Disamping itu memang dalam perguruan beladiri umumnya memang kita dilatih dan dikondisikan agar rasa percaya diri serta keberanian kita muncul.

 Meningkatkan kedisiplinan

Setiap bela diri pastinya akan memilki teknik/ jurus dan aturan, yang harus diterapkan dengan displin. Karena tanpa adanya displin dalam menerapkan jurus maupun aturan, sangat dimungkinkan bahwa hasil dari berlatih beladiri tidak akan maksimal. Tingkatan dalam beladiri juga memaksa seseorang untuk berusaha dengan disiplin, untuk memenuhi beberapa persyaratan untuk mencapainya. Pada ujian kenaikan tingkat maka ada beberapa materi yang diujikan untuk bisa memenuhi syarat naik tingkat, misalnya penguasaan teknik, penerapan jurus, kecepatan maupun daya tahan. Dan ini hanya bisa dicapai dengan disiplin diri. Walaupun penguasaan tekniknya bagus, namun penerapan atau kecepatannya tidak memenuhi syarat tentu bisa menggagalkan hasil ujian tersebut.

Demikian beberapa manfaat dari berlatih beladiri. Sebenarnya masih banyak manfaat lain dari berlatih beladiri,  namun terkadang agak susah menjelasnya. Mungkin akan lebih jelas terasa manfaatnya jika anda mencoba untuk berlatih beladiri.

http://serbabeladiri.blogspot.co.id/2013/08/manfaat-berlatih-beladiri.html

Senin, 08 Agustus 2016

Pentingnya Mensinkronkan Pikiran dan Fisik



Gerak tubuh kita pada dasarkan dilandasi oleh pikiran yang mengontrol semua gerakan tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki. bahkan tanpa kita sadari kesehatan fisik juga bisa jadi dari pikiran kita selalu positif. tubuh akan merespon segala perintah dari otak. bagaikan sebuah kendaraan, kendaraan akan menerima respon yg diperintah oleh supir, jadi disini kendaraan secanggih apapun sehebat apapun atau sebagus apapun tanpa seorang yang mengendarai tidak akan berfungsi dengan baik.

belajar memusatkan pikiran dan fokus ke satu kegiatan yg dilakukan oleh salah satu anggota tubuh kita akan bermanfaat dan tubuh menjadi sinkron dengan pikiran. salah satu cara nya adalah dengan meditasi.

Rajin melakukan meditasi ternyata tidak hanya bermanfaat untuk memusatkan diri pada satu perhatian dan membuat tubuh kembali rileks. Berbagai studi secara ilmiah membuktikan meditasi tak hanya memberikan ketenangan tapi juga menyehatkan fisik.
1. Mengurangi sakit
Rasa sakit yang kita rasakan di bagian tubuh sebenarnya berasal dari pikiran. Karena itulah meditasi selama 80 menit diketahui bisa mengurangi persepsi sakit sampai setengahnya. Memusatkan pikiran saat bermeditasi diketahui akan membantu kita mengelola dampak emosional dari rasa nyeri fisik.
2. Meningkatkan kepuasan seksual
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychosomatic Medicine tahun 2011 menemukan berlatih meditasi secara teratur akan meningkatkan kepuasan seksual pada wanita. Selain itu mereka yang rutin bermeditasi juga mengaku gairahnya lebih mudah dibangkitkan oleh pasangannya.
3. Menjernihkan pikiran
Tujuan utama melakukan meditasi pada dasarnya adalah melatih kesadaran. Mereka yang rutin melakukan meditasi lebih berhati-hati terhadap apa yang dilakukan atau keputusan yang akan diambil. Meditasi juga membantu kita melihat setiap persoalan dengan lebih jernih. Karenanya, orang-orang yang memiliki jabatan strategis sebagai pengambil keputusan akan mendapat banyak manfaat dengan melakukan meditasi.
4. Menguatkan mental
Meditasi bisa melindungi seseorang dari peristiwa yang menimbulkan trauma psikologis, seperti peperangan atau perceraian. Dalam penelitian di tahun 2010 terhadap tentara AS yang bersiap perang, mereka yang berlatih meditasi selama 8 minggu diketahui memiliki kesadaran lebih tinggi dan lebih tenang.
5. Meningkatan empati
Kesadaran diri, pemusatan perhatian pada hubungan yang dalam antara batin dan tubuh yang ditemukan dengan berlatih meditasi bisa menjadi modal untuk meningkatkan rasa empati kita pada sesama.
6. Meningkatkan fokus
Keseharian kita yang tak pernah lepas dari ponsel, laptop, iPad, dan gadget lainnya tanpa disadari membuat kita sulit untuk berada dalam kekinian. Latihan pernapasan yang kita lakukan serta keheningan meditasi akan mengembalikan fokus, membantu mengendalikan pikiran, serta mengembangkan pikiran yang sehat.


sumber


Rabu, 27 Juli 2016

APA itu pendekar yang sesungguhnya ?


Sesungguhnya ILMU BELA DIRI INI ADALAH ILMU MEMBELA DIRI SEJATI DARI SERANGAN DIRI YANG TIDAK SEJATI. Jadi musuh utama manusia bukan terletak di luar dirinya. Musuh utama manusia adalah dirinya sendiri. Inilah yang harus diperangi sepanjang hayat di kandung badan. Inilah JIHAD AKBAR yang harus terus menerus dilembagakan di berbagai perguruan bela diri. Dari filsafat tombak kita akan tahu betapa musuh sejati manusia adalah dirinya sendiri. Prajurit pangkat rendah yang berlaga di medan tempur peperangan masa lalu memegang tombak sangat panjang. Semakin tinggi pangkatnya, tombaknya semakin pendek. Sedemikian hingga mereka yang pangkatnya tertinggi sudah tidak memegang senjata lagi. Sebab musuh sejatinya tidak berada di luar dirinya, namun berada di “dalam” akunya sendiri. Di sinilah Iblis bersemayam. “SEMUA SUJUD KEPADAKU, KECUALI IBLIS (AKU YANG TIDAK MAU SUJUD)”…


Gelar pendekar tidak sembarangan disandang seseorang. Pendekar harus melalui uji laku, uji nalar dan uji kebijaksanaan yang  dahsyat. Para senopati perang di jaman dulu tidak hanya berteori dengan menguasai banyak ajian dan menang di medan perang dengan menaklukkan musuh-musuhnya saja melainkan juga diuji dengan perang melawan dirinya sendiri. Saat diuji perang melawan dirinya sendiri inilah, kebanyakan para pendekar di masa lalu GAGAL. Sejarah masa lalu bumi nusantara ini dipenuhi oleh banyaknya pendekar yang egois dan gagal. Ya, sejarah kita adalah sejarah yang dipenuhi dengan banjir darah penaklukan pihak luar namun tidak mampu mengalahkan dirinya sendiri.

Ada sebuah petuah jawa yang sungguh agung: , kalau ingin menjadi orang sakti, harus pandai-pandai untuk merendah sebab berani mengalah akan meninggikan derajat kemanusiaan seseorang.

Tidak perlu marah bila dicaci maki, tidak perlu dendam bila dihina, tidak perlu memperturutkan hawa nafsu agar diakui sebagai pemenang, kita tidak perlu semua itu… Yang kita perlukan sekarang ini adalah bagaimana kita mampu menjadi pendekar yang menang melawa diri ego kita yang tidak sejati. AKU SEJATI harus mampu menjadi pengendara kendaraan tubuh fisik biologis kita. Kesadaran fisik harus tunduk pada kesadaran jiwa, dan kesadaran jiwa harus segaris dengan kesadaran rasa sejati.  Untuk para saudaraku, semua pendekar di bumi nusantara: Menahan diri adalah kunci memenangkan peperangan. Musuh sejatimu adalah dirimu sendiri.

Selasa, 01 Maret 2016

Self-defense ( alat beladiri )





Fisik pertahanan diri adalah penggunaan kekuatan fisik untuk melawan ancaman langsung dari kekerasan. kekuatan tersebut dapat berupa bersenjata atau tidak bersenjata. Dalam kedua kasus tersebut, peluang keberhasilan tergantung pada sejumlah besar parameter, berhubungan dengan keparahan dari ancaman di satu sisi, tetapi juga pada kesiapan mental dan fisik.
Banyak gaya seni bela diri yang dipraktekkan untuk pertahanan diri atau termasuk teknik pertahanan diri. Beberapa gaya melatih terutama untuk pertahanan diri, sementara olahraga bela diri atau pertempuran lainnya dapat secara efektif diterapkan untuk pertahanan diri. Beberapa seni bela diri melatih cara untuk menepis senjata atau anti senjata, atau bagaimana melepaskan diri dari pukulan, sementara yang lain melatih bagaimana menyerang. Untuk memberikan lebih praktis pertahanan diri, banyak sekolah seni bela diri modern sekarang ini menggunakan kombinasi gaya seni bela diri dan teknik, dan akan sering menyesuaikan pelatihan pertahanan diri yang sesuai dengan gaya hidup peserta, pekerjaan, kelompok usia dan jenis kelamin, dan fisik dan kemampuan mental.Bersenjata
Dalam banyak kasus ada juga pembatasan hukum. Sementara di beberapa wilayah hukum senjata api dapat dilakukan secara terbuka atau tersembunyi tegas untuk tujuan ini, ada juga yurisdiksi dengan pembatasan ketat pada siapa yang bisa memiliki senjata api, dan jenis apa yang bisa mereka miliki. Pisau, terutama yang dikategorikan sebagai switchblades juga dapat dikendalikan, seperti tongkat, semprotan merica dan setrum pribadi senjata dan Tasers - meskipun beberapa mungkin hukum untuk membawa dengan lisensi atau untuk profesi tertentu.
benda sehari-hari, seperti senter, tongkat bisbol, koran, keyrings dengan kunci, peralatan dapur dan alat-alat lainnya, dan kaleng hair spray aerosol dalam kombinasi dengan ringan, juga dapat digunakan sebagai senjata improvisasi untuk pertahanan diri. Tie-membungkus ganda sebagai penahan efektif. Senjata seperti Kubotan (pocket stick) telah dibangun untuk kemudahan membawa dan menyerupai benda sehari-hari. [4] senter taktis dan pena taktis secara khusus dibangun sebagai senjata dampak yang menyerupai benda sehari-hari. [5] Ballpoint pen pisau, swordsticks, senjata tongkat dan payung yang dimodifikasi adalah kategori serupa tersembunyi senjata pertahanan diri yang melayani tujuan ganda.batin
Mental pertahanan diri adalah kemampuan untuk masuk ke dalam pola pikir yang tepat untuk mengeksekusi teknik pertahanan diri secara fisik. Banyak sekolah seni bela diri dan kelas pertahanan diri berfokus terutama pada sifat fisik pertahanan diri dan sering mengabaikan aspek mental. Jika Anda terampil dalam aspek fisik teknik defensif, tetapi tidak memiliki ketangguhan mental dan kegigihan untuk melaksanakannya, Anda tidak akan dapat melakukan - terutama di bawah paksaan. lingkungan terkendali tidak dapat dengan mudah meniru stres dan adrenalin sampah yang terjadi selama serangan. Ada kebutuhan yang sangat nyata untuk dapat memasukkan "prajurit pola pikir" yang tepat jika kita memiliki kesempatan yang realistis untuk bertahan pertemuan berpotensi mematikan. pola pikir prajurit ini adalah kemampuan untuk fokus sepenuhnya pada hasil yang sukses dari situasi tanpa menjadi khawatir dengan konsekuensi, bahkan jika mereka terbukti fatal dalam mengejar berdedikasi hasil yang Anda inginkan. Kemampuan untuk pergi, di bawah, di sekitar atau melalui rintangan adalah inti dari ini "tidak pernah berhenti" mindset - mirip dengan Samurai Jepang. Self-pelestarian adalah motivator yang sangat kuat dan sangat penting untuk memastikan bahwa seseorang memiliki ketangguhan mental dan pola pikir yang tepat untuk muncul pemenang dalam sebuah pertemuan dengan satu atau lebih penyerang / agresor.
Menyadari dan menghindari situasi yang berbahaya adalah salah satu teknik yang berguna untuk membela diri. Penyerang biasanya akan memilih korban mereka merasa memiliki keunggulan terhadap, seperti ukuran fisik yang lebih besar, keunggulan numerik atau ketenangan dibandingkan keracunan. Selain itu, situasi penyergapan inheren menempatkan bek pada kerugian inisiatif besar. Faktor-faktor ini membuat berjuang untuk mengalahkan penyerang tidak mungkin untuk berhasil. Ketika penghindaran tidak mungkin, orang sering memiliki kesempatan yang lebih baik di berjuang untuk melarikan diri, metode tersebut telah disebut sebagai 'melepaskan diri' teknik. Memahami 'mindset' dari penyerang potensial adalah penting jika kita ingin menghindari atau melarikan diri situasi yang berpotensi mengancam jiwa. [7] Tetap aman di setiap kota di dunia membutuhkan pikiran waspada. Sebuah pikiran yang selaras dengan potensi bahaya dan ancaman. Tentu saja kita perlu melatih tubuh kita dalam keterampilan tempur dan teknik pertahanan diri untuk dapat menangani kekerasan individu. Tapi, pertama kita harus memberdayakan diri dengan ketajaman intelektual yang memungkinkan kita melihat potensi ancaman kemudian menghapus diri kita dan orang yang kita cintai dari ancaman itu. [8]De-eskalasi
Verbal Bela Diri, juga dikenal sebagai Verbal Judo atau lisan Aikido, [9] didefinisikan sebagai menggunakan kata-kata seseorang untuk mencegah, de-meningkat, atau mengakhiri serangan dicoba. [10] Ini adalah cara menggunakan kata-kata sebagai senjata atau sebagai melindungi. seperti ini 'manajemen konflik' adalah penggunaan suara, nada, dan bahasa tubuh untuk menenangkan situasi yang berpotensi kekerasan sebelum kekerasan benar-benar terjadi kemudian. Hal ini sering melibatkan teknik seperti mengambil time-out, dan membelokkan pembicaraan ke individu dalam kelompok yang kurang semangat terlibat, atau hanya masuk ke posisi empatik dilindungi untuk memahami penyerang yang lebih baik.

    
Penulis Katy Mattingly mendefinisikan lisan membela diri hanya sebagai mengatakan tidak kepada seseorang atau berulang kali menolak permintaan atau memberitahu seseorang yang telah melanggar batas apa yang Anda inginkan, atau bisa memerlukan skenario yang lebih rumit di mana Anda diminta untuk menolak untuk terlibat secara lisan dengan seseorang manipulatif, untuk menetapkan batas, dan mengakhiri pembicaraan. [10]
    
Suzette Haden Elgin penulis The Gentle Art of Verbal Bela Diri menyatakan bahwa lisan membela diri membela terhadap delapan jenis yang paling umum dari kekerasan verbal, dan pengalihan dan meredakan konfrontasi verbal yang potensial. [11]
    
Lukas A. Archer, penulis dan pelatih Aikido Verbal: seni mengarahkan serangan verbal untuk hasil yang seimbang, mengusulkan bahwa sebagian besar serangan verbal dapat reorientasi ke arah yang seimbang atau positif, dengan menggunakan tiga langkah berdasarkan filosofi Aikido [12. ]
alarm pribadi
alarm pribadi adalah cara untuk berlatih pasif membela diri. Sebuah alarm pribadi adalah perangkat genggam kecil, yang memancarkan kuat, keras, suara bernada tinggi untuk mencegah penyerang karena suara kadang-kadang akan menarik perhatian orang yang lewat. alarm anak dapat berfungsi sebagai pencari atau perangkat alarm seperti untuk memicu peringatan ketika kolam renang sedang digunakan untuk membantu mencegah situasi berbahaya selain menjadi pencegah terhadap calon agresor. [13] [sumber tidak bisa diandalkan?]pendidikan pertahanan diri
teknik pertahanan diri dan perilaku direkomendasikan di bawah ancaman kekerasan secara sistematis diajarkan di kelas pertahanan diri. pendidikan pertahanan diri komersial adalah bagian dari industri seni bela diri dalam arti yang lebih luas, dan banyak instruktur seni bela diri juga memberikan kelas pertahanan diri. Sementara semua pelatihan seni bela diri bisa dikatakan memiliki beberapa aplikasi bela diri, program pertahanan diri yang dipasarkan secara eksplisit sebagai yang berorientasi pada efektivitas dan dioptimalkan terhadap situasi yang terjadi dalam dunia nyata. Seharusnya tidak disangka namun yang sistem berbasis olahraga yang memadai, sebagai metode pelatihan yang digunakan secara teratur menghasilkan pejuang baik AC berpengalaman dalam pertempuran kontak penuh. Ada sejumlah besar sistem diajarkan secara komersial, banyak disesuaikan dengan kebutuhan khalayak sasaran tertentu (misalnya pertahanan terhadap percobaan perkosaan untuk wanita, pertahanan diri untuk anak-anak dan remaja). sistem penting diajarkan komersial meliputi:
    versi sipil dari combatives militer modern, seperti Krav Maga-, Pars Taktis Pertahanan, Defendo, dan Systema.
    bentuk pertahanan diri berorientasi Jujitsu, seperti Aikijujutsu, Aikido, Bartitsu, Jerman ju-jutsu, Allkampf-Jitsu dan Judo.
    pencegahan perkosaan, termasuk Pemerkosaan Agresi Sistem Pertahanan (RAD), [14] AWARE, [15] DAMPAK / Model penjambretan, dll
    Reality Berbasis Bela Diri (RBSD), [16] Taktik defensif.
    sistem berbasis olahraga, seperti kickboxing, Muay Thai, Tinju, Savate, Tembak Tinju, Sanshou, Judo, BJJ, Sambo, MMA dan Gulat dapat diadaptasi sebagai pertahanan diri.
    pertempuran gaya tradisional bersenjata seperti Karate, Taekwondo, Kung Fu, Hapkido, Pencak Silat, dll.     pertempuran gaya bersenjata tradisional seperti Eskrima / Arnis / Kali. Ini termasuk bersaing, serta pertempuran bersenjata dan tidak bersenjata.


Hak membela diri
Hukum membela diri dari undang-undang yang modern membangun prinsip Hukum Romawi dominium mana setiap serangan terhadap anggota keluarga atau properti itu dimiliki adalah serangan pribadi pada familias pater. [17] Dalam Leviathan (1651), Hobbes berpendapat bahwa meskipun beberapa mungkin lebih kuat atau lebih cerdas daripada yang lain dalam keadaan alami mereka, tidak ada yang begitu kuat untuk berada di luar takut kematian kekerasan, yang membenarkan pertahanan diri sebagai kebutuhan tertinggi. Pada tahun 1918 pidato Politik als nya Beruf (Politik sebagai Panggilan), Max Weber mendefinisikan negara sebagai otoritas mengklaim monopoli penggunaan kekuatan yang sah dalam batas-batas teritorial yang ditetapkan. libertarianisme modern mencirikan mayoritas hukum sebagai mengganggu otonomi pribadi dan, khususnya, berpendapat bahwa hak membela diri dari paksaan (termasuk kekerasan) adalah hak asasi manusia. Dalam konteks ini, perhatikan bahwa Pasal 12 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan:

    
Tidak seorangpun dapat secara sewenang-wenang dengan privasi, keluarga, rumah atau korespondensi, atau serangan terhadap kehormatan dan reputasinya. Setiap orang berhak atas perlindungan hukum terhadap campur tangan atau serangan tersebut.
Dikombinasikan dengan prinsip monopoli negara kekuatan yang sah, ini berarti bahwa mereka yang berwenang oleh negara untuk mempertahankan hukum (dalam praktek, polisi) dibebankan dengan penggunaan kekuatan yang diperlukan untuk melindungi hak-hak tersebut. Hak untuk membela diri yang terbatas pada situasi di mana ancaman langsung kekerasan tidak dapat dicegah oleh mereka yang berwenang untuk melakukannya (dalam praktek, karena tidak ada polisi hadir pada saat ancaman). Hak untuk membela diri yang diberikan oleh hukum kepada warga negara sangat terbatas. Penggunaan kekuatan yang melampaui apa yang diperlukan untuk menghilangkan ancaman langsung kekerasan dikenal sebagai berlebihan pertahanan diri (juga membela diri dengan kekuatan yang berlebihan). Sistem hukum perdata memiliki teori "penyalahgunaan hak" untuk menjelaskan penolakan pembenaran dalam kasus tersebut. Dengan demikian, dalam hukum Inggris, prinsip hukum umum umum dinyatakan dalam Beckford v R (1988) 1 AC 130:

    
"Sebuah terdakwa berhak menggunakan kekerasan untuk melindungi dirinya sendiri, orang lain untuk siapa dia bertanggung jawab dan hartanya. Ini harus masuk akal."
klausul serupa ditemukan dalam undang-undang di seluruh dunia barat. Mereka berasal historis dari pasal 6 dari Perancis KUHP 1791, yang memutuskan bahwa "pembunuhan adalah sah jika indispensably ditentukan oleh kebutuhan hadir pertahanan yang sah dari diri sendiri atau orang lain". [18] modern KUHP Prancis lebih lanjut menetapkan bahwa berlebihan membela diri dihukum karena "disproporsi antara sarana pertahanan yang digunakan dan gravitasi serangan" dipertahankan terhadap. [19]
Evaluasi apakah penggunaan kekuatan berlebihan dalam kasus tertentu bisa menjadi tugas yang sulit. Laporan Komisi Hukum Inggris di Pertahanan Partial untuk Pembunuhan (2004) Part 4 (pp78 / 86) merekomendasikan redefinisi provokasi untuk menutupi situasi di mana seseorang bertindak mematikan takut. Hal ini mencerminkan pandangan hadir psikiater bahwa kebanyakan orang bertindak dalam situasi kekerasan dengan kombinasi ketakutan dan kemarahan dalam pikiran mereka, dan untuk memisahkan kedua jenis mempengaruhi secara hukum tidak konstruktif. Dalam prakteknya, hukum pertahanan diri masih melakukan membuat perbedaan ini. hukum pidana Jerman (§ 33) membedakan "asthenic mempengaruhi" (takut) dari "sthenic mempengaruhi" (marah). Berlebihan membela diri dari asthenic mempengaruhi tidak dihukum.


 Di luar dunia barat, dibenarkan membela diri cenderung ditafsirkan lebih longgar, termasuk hak untuk membela terhadap tindak pidana, tanpa batasan penggunaan wajar atau proporsional kekuatan berdasarkan besarnya kejahatan. Sebaliknya, mungkin hanya jumlah minimal gaya yang dibutuhkan untuk menghentikan kriminal, yang mungkin mematikan bahkan untuk kejahatan yang relatif kecil. Dengan demikian, Pengadilan Rakyat Menengah dari Foshan, Republik Rakyat Cina pada kasus 2009 memerintah sebagai dibenarkan membela diri, pembunuhan seorang perampok yang mencoba melarikan diri, karena "perampokan itu masih dalam proses" saat ini.